Dari Diri ke Dunia: Your Powher dan Misi Memecahkan Glass Ceiling
Pada Sabtu, 17 Mei 2025 lalu, komunitas Your Powher bersama dengan Perempuan Threads menyelenggarakan seminar dan workshop “Dari Diri ke Dunia: Berkarya dengan Percaya Diri melalui Portofolio yang Kuat” di Start Space, Tanah Abang. Acara ini menjadi langkah awal bagi komunitas Your Powher membuka ruang aman bagi perempuan muda untuk lebih percaya diri menunjukkan karya dan value-nya melalui portofolio, baik di dunia profesional maupun kreatif.
Salah satu poin penting yang diangkat dalam seminar dan workshop ini adalah isu glass ceiling, yaitu penghalang perempuan dalam mencapai posisi puncak di dunia kerja meski memiliki segudang kualifikasi dan prestasi yang sering dikaitkan dengan peran-peran domestik. Penghalang ini bisa muncul dalam bentuk bias, ekspektasi sosial, atau bahkan dari rasa percaya diri yang perlahan terkikis. Glass ceiling muncul dari sistem dan budaya patriarki yang sering kali tidak memberi ruang yang adil dan setara bagi perempuan.
Selain itu, banyak peserta kerap merasa ragu terhadap kapasitas dan kemampuan mereka sendiri. Mereka menyadari bahwa perasaan itu tidak hanya dipengaruhi oleh hal-hal eksternal, tetapi juga tumbuh dari dalam diri mereka. Oleh karena itu, komunitas Your Powher berharap kegiatan ini dapat menjadi tempat untuk mengurai perasaan ragu dan membangun kembali keyakinan setiap perempuan akan potensi yang mereka miliki.
Hal Utama yang Menjadi Kekuatan Perempuan adalah Kepercayaan Diri
Sesi pertama diisi oleh Megawati Rusdianto, founder Perempuan Threads, yang membuka ruang diskusi tentang cara membangun keyakinan pada potensi diri. Mega mengajak peserta untuk melihat bahwa kepercayaan diri bukan sesuatu yang instan, melainkan proses yang dibentuk oleh pengalaman, pembelajaran, dan keberanian mengambil langkah kecil.
Menurut Mega, banyak perempuan merasa harus menunggu pencapaian besar atau validasi dari luar sebelum berani menunjukkan diri. Padahal, langkah awal yang sederhana seperti mulai menuliskan pengalaman, berbagi cerita, atau menunjukkan karya pun bisa menjadi titik balik dalam membangun kepercayaan diri. Ia juga menjelaskan bahwa personal branding bukan hanya soal bagaimana kita menggambarkan diri sendiri, tapi juga bagaimana orang lain menilai kita berdasarkan interaksi sosial dan rekam jejak yang kita tampilkan. Dalam konteks ini, portofolio berperan penting sebagai representasi dari proses, nilai, keahlian, dan identitas profesional seseorang.
Mega juga menggarisbawahi pentingnya komunitas sebagai support system. Dalam ruang aman seperti inilah perempuan dapat saling menguatkan dan berkembang, terutama bagi mereka yang sedang merintis karier. Mega percaya bahwa ketika perempuan merasa didukung, mereka akan lebih berani menggali potensi dan menunjukkan diri ke ruang-ruang publik.
Baca juga: Perempuan Adalah Sebenar-Benarnya Kelas Pekerja
Merangkai Portofolio sebagai Cermin Diri
Setelah seminar, agenda berlanjut ke workshop penyusunan portofolio bersama Arfiana Maulina, founder WateryNation sekaligus seorang content creator. Dalam sesi ini, Arfiana tidak hanya mengajak para peserta belajar teknik dasar membuat portofolio, tetapi mereka juga dilatih untuk menelaah lebih dalam mengenai cerita apa yang mau dibagikan, nilai apa yang ingin diangkat, dan bagaimana merangkainya menjadi narasi yang jujur dan strategis dalam satu portofolio.
Selain menuliskan pengalaman, Arfiana membimbing peserta untuk menyusun perjalanan yang merefleksikan pertumbuhan, keahlian, dan karakter mereka. “Portofolio bukan tentang jadi sempurna, tapi tentang berani tampil apa adanya dengan versi terbaikmu saat ini,” begitu pesan yang terus ditekankan olehnya. Suasana workshop berlangsung interaktif dan suportif.
Selanjutnya, setiap peserta maju satu per satu untuk mempresentasikan portofolio mereka di depan forum. Meski ada rasa gugup, momen ini menjadi latihan langsung dalam membangun kepercayaan diri sekaligus belajar menyampaikan karya secara meyakinkan.
Yang menarik, banyak peserta mulai menyadari bahwa menyusun portofolio bukan sekadar latihan teknis, namun juga perjalanan mengenal diri. Pengalaman jatuh bangun, tantangan yang pernah dihadapi, hingga keputusan-keputusan kecil yang pernah diambil ternyata sangat bermakna ketika direnungkan. Dari sinilah terbentuk koneksi yang utuh antara perjalanan personal dan dampak nyata yang mampu para perempuan berikan bagi lingkungan sekitarnya.
Baca juga: Perempuan Dalam Politik Melawan Hambatan Ganda dibawah Bayang-Bayang Pemimpin Prototipikal
Langkah Awal yang Bermakna
Acara “Dari Diri ke Dunia” memang bukan jawaban atas semua tantangan yang dihadapi perempuan. Tetapi, kegiatan ini bisa menjadi salah satu awal untuk menciptakan perubahan kecil yang berdampak. Perempuan bisa saling belajar, berbagi, dan membangun ulang rasa percaya diri yang sering kali luntur karena berbagai faktor. Mereka berada di tengah komunitas yang memahami keresahan mereka sehingga mampu berdiri tegak, membungkam keraguan yang ditanamkan oleh lingkungan, dan berkata, “Aku siap tampil. Aku pantas didengar.”
Dari proses ini, kita melihat bahwa kepercayaan diri bisa tumbuh ketika perempuan diberi kesempatan untuk mengenal dan mengakui kekuatannya sendiri. Tumbuh keyakinan bahwa perjalanan masing-masing individu adalah valid dan setiap langkah yang telah diambil layak diapresiasi. Bukan karena semuanya sempurna, tetapi karena ketangguhan untuk terus bergerak maju. Itulah yang membuat mereka pantas untuk diakui.
Tags:

Kezia Bong
03 Jun 2025 | 07:26 AMKerenn bangett? acaranya sangat menginspiratif