Review Film MAI : Terlahir Menjadi Perempuan Sebuah Kemalangan dan Stigma Janda Yang Tak Pernah Berakhir
Review Film MAI : Terlahir Menjadi Perempuan Sebuah Kemalangan dan Stigma Janda Yang Tak Pernah Berakhir
Film yang berasal dari Vietnam 2024 baru saja rilis di Netflix dan sudah menjadi top 10 pada urutan netflix. “Mai” yang dimana judul serta nama dari peran utama pada kisah film tersebut.
Film ini menceritakan Mai seorang janda yang baru saja pindah tempat tinggal dan menempati satu gedung tempat tinggal agar cocok dengan tempat kerjanya, alih-alih baru bergabung dengan tetangga nya, Mai sering mendapati omongan yang tidak enak serta ia juga diganggu oleh lelaki yang bernama Sau ingin mendekatinya.
Sehari-hari Mai bekerja sebagai terapis pijat. layaknya perempuan yang bekerja di tempat pijat, seringkali dianggap sebelah mata.
Pertemuan Mai dan Sau bukan hanya di rusun, tetapi berlanjut di tempat kerja Mai. Ternyata Sau suka pijat di tempat Mai bekerja, mulai saat Sau menyukai Mai. Sau memiliki umur yang terpaut jauh oleh Mai yaitu 8 tahun dimana Mai berusia 37 tahun sementara Sau 29 tahun. Namun hal itu tidak menjadi halangan, Sau pun mengetahui bahwa Mai seorang janda.
Mai dan Sau akhirnya berpacaran, Tak lama kemudian, Sau mengenalkan Mai kepada keluarganya. Mai memiliki trauma masa lalu dimana ia sering mendapatkan penolakan dari laki-laki karena statusnya janda. Namun, Mai mencoba untuk memulai kembali bersama Sau yang dianggap berbeda dengan laki-laki sebelumnya.
Namun, siapa sangka bahwa Ibu Sau merupakan pelanggan baik Mai di tempat pijat yang bahkan sudah menganggap Mai sebagai adik sendiri. Mai yang mengetahui bahwa ibunya Sau adalah pelanggan terdekatnyta membuat diri Mai bimbang dan ketakutan akan hubungannya dengan Sau.
Stigma Negatif Perempuan Janda
lagi-lagi karena statusnya sebagai seorang janda, Mai mendapatkan penolakan dari ibu Sau. Memang status janda pada perempuan dianggp sebagai sesuatu yang memalukan terlebih jika seorang laki-laki perjaka mendapatkan seorang janda, tentunya stigma negatif banyak dilontarkan kepada perempuan.
Belum cukup stigma dari tetangganya, Mai menerima perlakuan tidak adil dari ayahnya dimana ayahnya menjual Mai saat ia masih remaja dan bahkan sampai Mai hamil anaknya itu.
Tekanan dari berbagai pihak, bahkan ayah Mai bersekongkol dengan keluarga Sau sampai mengatakan Mai sebagai “wanita jalang” membuat luka traumatis kembali pada Mai. Ia mengatakan “memang terlahir menjadi wanita terkadang menjadi sebuah kemalangan.”
Menjadi perempuan saja sudah sulit apalagi menjadi janda. Kesengsaraan berlapis yang diterima Mai mungkin bukan hanya sekedar cerita film belaka, tetapi kenyataannya banyak perempuan janda merasakan sulitnya di terima pada masyarakat yang patriarkis ini.
Fokus Diri Sendiri, Cara Terbaik Move On
Sau meminta Mai untuk menunggu, namun Mai berkata untuk tidak perlu menunggu dirinya. Ia memilih untuk berpisah. 4 tahun kemudian, Mai bertemu dengan Sau kembali. Mai yang terlihat bahagia melihat Sau, namun ternyata Sau sudah menikah dan istrinya sedang hamil.
Mai bahagia melihat Sau meskipun ia sedih bahwa bukan Mai yang menjadi istrinya. Meskipun begitu, melihat Mai menjadi seorang manager disalah satu tempat SPA dan Resort, ia bahkan terlihat lebih cantik dan bahagia karena pekerjaannya sekarang.
Social Media Kami