Pentingnya pendidikan Kesetaraan Gender di kelompok muda

Apa itu kesetaraan gender?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain. Kesetaraan ini merujuk kepada kesamaan hak dalam berpendapat, kesamaan hak dalam berbicara, kesamaan hak dalam memperoleh sesuatu.

Hal yang sering disalah artikan oleh masyarakat adalah, menyatakan bahwa gender sama dengan jenis kelamin. Gender tidak didasarkan pada perbedaan biologis antara Laki Laki dengan Perempuan. Definisi gender berbeda dengan jenis kelamin.

Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang dibentuk atau dikonstruksikan (rekayasa) sosial dan budaya, dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Beragam stereotype terhadap perempuan dan laki-laki yang berkembang di masyarakat seperti laki-laki dikenal lebih rasional, kuat, agresif dan tegas sedangkan wanita bersifat emosional, ragu-ragu, pasif, lemah.

Lalu mengapa pendidikan Kesetaraan Gender itu penting di kelompok muda?

Adalah dikarenakan masyarakat kita masih mengacu kepada budaya patriarki.

Patriarki menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai perilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan. Menurut Bressler, patriarki merupakan sistem sosial yang menjadikan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan dan mendominasi peran dalam kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial, dan penguasaan properti. Dalam sejarahnya, nilai patriarki terwujud dalam sistem sosial, hukum, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Yang dimaksud, patriarki merupakan sistem yang menyeluruh dari praktik-praktik yang mengekalkan terciptanya ketimpangan tentang hak, tanggung jawab, status, dan kesempatan yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Patriarki diyakini sebagai “hukum ayah” yang menentukan dan mengendalikan seluruh kebutuhan dasar (basic resources), seperti makan, pakaian, tanah, kekayaan, tempat bernaung, pengobatan, transportasi, pendidikan, uang, dan pekerjaan (ranah privat). Dalam sistem sosial (juga keagamaan) patriarki muncul sebagai bentuk kepercayaan atau ideologi bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan kedudukan perempuan. Salah satu dampak dari masyarakat yang berbudaya patriarki ini adalah adanya ketidakadilan gender yang berwujud hadirnya kekerasan atas dasar perbedaan jenis kelamin atau kekerasan berbasis gender. Penerima dampak seriusnya antara lain adalah perempuan dan anak-anak.

Adanya budaya pariarki ini membuat adanya keterbatasan dalam perempuan bertindak, dikarenakan masyarakat masih menganggap perempuan sebagai simbol ketidak mampuan untuk memimpin dan melakukan sesuatu. 

Masalah masalah yang terjadi karena adanya budaya ini menyebabkan adanya hadis Misogini. Apasih yang dimaksud dengan hadis misogini itu? Hadis misoginis berarti hadis-hadis yang mengandung kesan benci perempuan dan menyudutkan perempuan.

Dengan adanya semua masalah terkait kesenjangan antar gender menjadikan, salah satu gender menjadi tidak mempunyai ruang untuk bergerak bebas. Bahkan banyaknya spekulatif bahwa perempuan 'tidak akan bisa dan tidak akan mampu menjadi pemimpin'. Lebih parahnya lagi adalah, adanya pertanyaan "Apakah penting bagi seorang perempuan untuk berpendidikan tinggi? Sedangkan kodrat perempuan nantinya hanya berakhir di dapur, di sumur dan di kasur!" 

Dengan slogan kemajuan 'Indonesia Emas 2045' apakah layak pertanyaan tersebut timbul dari salah satu penyongsong Indonesia Emas 2045? Jelas, TIDAK.

Indonesia Emas 2045, nantinya diisi oleh para kelompok muda, kelompok muda ini adalah kelompok yang menjadi dasar adanya Indonesia Emas 2045. Sedangkan fakta yang ada dilapangan adalah, para kelompok muda ini bahkan belum mempunyai bekal yang cukup dikarenakan beberapa hal masih di anggap sepele, salah satunya adalah Pendidikan Kesetaraan Gender, oleh karena itu banyak pertanyaan konyol dan perspective menjatuhkan salah satu gender muncul. Dan karena adanya Toxic Perspective ini  menjadikan para perempuan yang seharusnya mampu dan bisa menunjukan aksi mereka, menjadi ragu untuk bergerak, menjadi ragu untuk bersuara, dan ragu untuk maju. Karena adanya keterbatasan yang tercipta oleh masyarakat ini, beberapa hal yang tidak sepantasnya dinormalisir menjadi normal di kalayak umum.

Seperti yang dikatakan oleh Rebeca bahwa seksisme dan misogini dalam tayangan televisi tumbuh subur karena mendapatkan rating yang tinggi. “Sebagai lembaga riset pemeringkatan/rating satu-satunya yang ada di Indonesia, seharusnya dilakukan audit terhadap hasil riset Nielsen. Hal ini dilakukan agar hasil rating yang disajikan Nielsen tidak diragukan,” tutur Rebeca.

Selain itu, Perubahan regulasi penting untuk dilakukan karena zaman yang terus berkembang. Kebijakan-kebijakan yang ada harus menyesuaikan dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Hal ini dilakukan agar mekanisme pengawasan yang dibuat berjalan efektif, tambah Rebeca melajutkan.

Kesimpulannya adalah, adanya Pendidikan Kesetaraan Gender di Kelompok Muda menjadi salah satu dasar pembekalan penting untuk kemajuan kelompok muda sebagai penyongsong Indonesia Emas 2045.

Apa yang terjadi jika tidak ada Pendidikan Kesetaraan Gender di kelompok muda?

Tanpa pendidikan kesetaraan gender di kelompok muda, maka diskriminasi dan ketidakadilan terhadap individu berdasarkan jenis kelamin akan terus dinormalisasikan. Perempuan dan kelompok gender minoritas dapat menghadapi kesulitan dalam mengakses pendidikan, lapangan kerja, layanan kesehatan, keadilan hukum, dan partisipasi politik.

Dan hal tersebut akan terus menerus diteruskan kepada generasi lanjutan sehingga tidak adanya ujung dari permasalahan yang menerka di era sekarang mengenai diskriminasi terhadap perempuan yang menjadi simbol lemah dari jaman dahulu hingga sekarang.

Beberapa permasalahan yang serius karena ketidak adanya Pendidikan Kesetaraan Gender:

1. Pelecehan seksual kepada salah satu gender akan terus berlaku, karena belum ada penyadaran tegas mengenai permasalahan ini. Contohnya adalah, kasus seorang guru yang melecehkan anak muridnya, kasus itu dapat dengan mudah kita temui di artikel umum di medsos.

 

2.Perempuan yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak cenderung memiliki peluang kerja yang lebih sedikit, lebih rentan terhadap pelecehan dan kekerasan, dan kurang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan tentang kesehatan dan kehidupan mereka.

3.Ketidaksetaraan gender membuat perempuan dan keluarga mereka terperangkap dalam lingkaran kemiskinan . Ketika perempuan memperoleh pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja yang lebih baik, mereka dapat berkembang. Berinvestasi dalam ketidaksetaraan gender merupakan cara yang berkelanjutan dan sangat efektif untuk mengurangi kemiskinan.

Apakah Pendidikan Kesetaraan Gender dikelompok muda ini didukung oleh pemerintah dan masyarakat yang terlibat? dan apakah pendidikan tersebut akan efektif untuk mewujudkan kesetaraan gender?

Walaupun Pendidikan Kesetaraan Gender masih tabu di beberapa kalangan menengah-bawah. Tetapi Pendidikan kesetaraan gender dikelompok muda sudah menjadi salah satu perhatian di kalangan pemerintahan dan masyarakat menengah-keatas.

Salah satu kebijakan pemerintah tentang pendidikan ini adalah dengan membentuk suatu kebijakan yang disebut Strategi Pengarusutamaan Gender (PUG). Istilah PUG berasal dari bahasa Inggris yaitu Gender Mainstreamin”. PUG yang diartikan sebagai sebuah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Program pemberdayaan perempuan di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1978. Melalui pemberdayaan, beberapa daerah telah memperoleh hasil memadai dalam meningkatkan kapasitas diri, meningkatkan ekonomi, meningkatkan kesehatan, meningkatkan kualitas hidup kaum perempuan. Namun masih banyak perempuan di Indonesia yang belum tersentuh oleh program pemberdayaan baik di perkotaan terlebih di perdesaan.

Dan dilanjut dengan partisipasi kelompok muda dalam membangun kesetaraan gender dengan dibentuknya akun akun yang menentang diskriminasi terhadap salah satu gender seperti akun instagram @perempuanthreads dan @puwan.id dengan ribuan followers, dan juga adanya lirik penentangan terhadap diskriminasi yang sengaja ditaruh di lagu 'The man' oleh sang pencipta yaitu Taylor Swift yang menjadi begitu populer karena liriknya yang menjelaskan bahwa seberapa keras perempuan bergerak tetap kalah jika dibandingkan dengan laki laki, karena laki laki mempunyai keuntungan berupa kepercayaan dari masyarakat bahwa mereka lebih mampu daripada perempuan.

Dengan adanya partisipasi penuh dari berbagai pihak, dan dampak yang diperoleh dari mereka, menjadikan Pendidikan Kesetaraan Gender Di Kelompok Muda akan efektif jika terus menerus mendapatkan perhatian penuh dari kelompok itu sendiri.

Sasaran Global dari pembentukan pendidikan Kesetaraan Gender

- Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan di mana pun dan kapanpun.

- Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di ruang publik dan pribadi, termasuk  perdagangan manusia dan eksploitasi seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya

- Menghilangkan semua praktek berbahaya, seperti pernikahan anak, pernikahan dini dan paksa, serta sunat perempuan

- Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk memimpin di semua tingkat  pengambilan keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat

- Menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi, dan hak reproduksi seperti yang telah disepakati sesuai dengan Programme of Action of the International Conference on Population and Development and the Beijing Platform serta dokumen-dokumen hasil review dari konferensi-konferensi tersebut

"Gender equality is not about women, and it is not about men - it is about making workplaces work for everyone. Together, we can fix work, not women." -Michelle King.

FINISHED.

Tulisan ini ditulis oleh 'Selvy aulia ramadani' didasarkan oleh permasalahan umum yang terjadi dimasyarakat. Dengan total 1326 kata.

 

Sumber:

•DP3A Kota Semarang. https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1439/mencapai-kesetaraan-gender-dan-memberdayakan-kaum-perempuan

Lihat dalam tulisan Swararahima, 11 Desember 2018, sebagaimana diunduh dari situs https://swararahima.com/2018/12/11/mentransformasikan-nilai-nilai-adil-dan-setara-gender/

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1667/kesetaraan-gender-perlu-sinergi-antar-kementerian-lembaga-pemerintah-daerah-dan-masyarakat

 

Lihat dalam tulisan  Hetifah Sjaifudian, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dewan Pakar DPP Kaukus Perempuan Politik Indonesia, 13 Mei 2020, sebagaimana diunduh dari situs https://mediaindonesia.com/opini/312499/menaklukkan-patriarki-lewat-pendidikan

Webinar Peran APIP dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender dan Pengawasan Gender Budget Statement tanggal 16 Juni 2021

0 comments

Leave a Comment