Pernikahan memang suatu hal yang sakral namun terkadang pernikahan itu bisa menjadi penjara bagi perempuan.
Seringkali jika perempuan sudah menikah ruang geraknya sudah tidak bebas dan tentunya tidak sebebas laki-laki. Ruang gerak perempuan justru kadang bukan hanya diatur oleh suami atau laki-laki tetapi melainkan dari pihak perempuan itu sendiri yaitu ibu mertua.
“Jadi perempuan jangan bangun siang”
“Suami berangkat kerja siapin makan”
“Buatin suami kopi atau teh”
“Jadi istri jangan suka keluar main kasian suami mu urusin”
Beberapa sering terlontar dari mulut ibu mertua kepada menantu perempuannya. Dan banyak konten tentang bagaimana ibu mertua ikut campur dalam rumah tangga sang anak dan bahkan lebih menitikberatkan kepada sang menantu. belum lagi, drama televisi, film sering merepresentasikan bentuk-bentuk penginternalisasian patriarki antara ibu mertua kepada menantu perempuan.
Pengasuhan Anak dan Melayani Suami Tugas Istri
Sejak kecil anak laki-laki akan terbiasa melihat bagaimana sang ayah diperlakukan oleh sang ibu. Dan bagaimana pengasuhan anak selalu dibebankan kepada ibu sehingga anak laki-laki akan terbiasa bahwa pengasuhan anak dan mencukupi atau melayani suami adalah tugas seorang istri sehingga biasanya anak yang dibesarkan oleh lingkungan patriarki akan membuat keluarga patriarki kembali.
Ibu Mertua kelak menjadi agen dalam proses internalisasi budaya patriarki pada keluarga anaknya. Jika mendapatkan menantu yang tidak sesuai dengan standart keluarga patriarki: ( Lemah lembut, rajin, bisa memasak, dan sosok keibuan ) maka biasanya sang menantu akan mendapatkan.
Memutus Patriarki Dalam Keluarga
Seringkali konflik batin akan terjadi antara menantu dan ibu mertua. Adanya relasi kuasa membuat posisi perempuan sebagai menantu menjadi serba salah.
Hal yang dapat dilakukan adalah memutus Patriarki dalam rumah tangga dengan mengajarkan kepada anak bahwa tugas domestik bukanlah tugas perempuan melainkan tugas bersama dan dilakukan sama-sama.
Pengasuhan anak juga dilakukan bersama, kehadiran sang ayah pada anak harus sama besarnya dengan kehadiran ibu agar anak merasa kedua orangtuanya samasama berperan dalam proses kembangnya dan kemudian hari kelak sang anak berumah tangga ia akan melakukan hal yang sama.
Hal ini bisa dilakukan jika keduanya antara suami dan istri saling bekerjasama. Memberikan batasan-batasan kepada pihak luar seperti keluarga suami ataupun keluarga istri untuk menghormati apa yang sudah disepakati antara suami dan istri.
0 comments