Janda diartikan wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun karena ditinggal mati suami. Citra janda cerai lebih buruk karena dianggap tidak mampu mengurus keluarga, sedangkan janda ditinggal mati lebih dikasihani. Namun, keduanya tetap sama-sama mendapat stigma negatif.
Seringkali perempuan yang berstatus janda mendapatkan perlakuan yang tidak pantas mereka cenderung menjadi bahan olok-olok masyarakat seperti menyematkan kalimat ” awas, nanti suaminya digoda kalau dekat-dekat dengan janda!”
Padahal, laki-laki bukanlah barang yang dengan mudah berpindah tangan oleh seorang perempuan yang berstatus janda. Laki-laki juga memiliki akal untuk berpikir secara rasional.
Menurut Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA), stigma negatif janda disebabkan faktor budaya yang mengukur nilai keberhasilan pernikahan. Perempuan yang mendapatkan kekerasan di rumah tangga dituntut untuk tetap mempertahankan rumah tangganya sehingga apabila mereka memilih bercerai, mereka dianggap melawan kontruksi nilai yang berlaku.
Kemudian, Faktor lainnya janda kerap kali dianggap sebagai s perempuan bekas lelaki orang dianggap gagal dan tidak berharga. hal itulah yang membuat stigma janda lebih berat dibandingkan duda. Terlebih lagi, banyak janda yang memiliki anak lalu ditelantarkan oleh mantan suaminya sehingga ia harus menanggung menjadi pencari nafkah dan seorang ibu.
Bagaimana Menghapus Stigma Negatif Janda?
Dimulai dari media dimana tidak lagi memberikan pelabelan janda seperti banyaknya kata janda dihubungkan dengan lainnya seperti janda kembang, janda kaya, janda desa dll yang sebetulnya mengeksploitasi dalam bentuk judul-judul sensasionalitas demi mendulang click bait berita harus dihilangkan.
Lalu mengubah pandangan dengan tidak melihat bahwa ada yang salah dengan status janda.
Kemudian menghargai bahwa perempuan itu tidak dilihat nilainya dari status pernikahannya.
Dan sebagai masyarakat, ciptakan ruang setara dimana mengakui kontribusi yang diberikan kepada perempuan yang berstatus janda dalam bidang ekonomi, politik, dan lainnya.
0 comments