Lagi-lagi yg sedang dibuat merinding adalah stalking antara Adi ke N. Penguntitan yang dilakukan oleh pelaku Adi berawal dari kebaikan yang diberikan N kepada Adi semasa sekolah dimana N memberikan Adi uang sebesar Rp. 5.000 ( lima ribu ), N memberikan uang karena iba kepada Adi yang tidak memiliki teman namun tindakan N disalahartikan oleh Adi dan Adi menjadi obsesi terhadap N.
Stalking Bukan Tanda Kasih Sayang Melainkan Kekerasan
Banyak dari netizen mengatakan bahwa itu berupa bentuk “memperjuangkan cinta” karena Adi sampai membuka toko sendal di Shopee untuk modal menikah dengan N. Hal yang dilakukan Adi bukan sebagai bentuk kasih sayang. Pembedaan antara kasih sayang dan obsesi itu jelas. Hal yang dilakukan adi adalah bentuk kekerasan. Nyatanya korban sendiri mengatakan bahwa ia diberi “10 tahun neraka” oleh teman SMP nya sendiri.
N mengaku bahwa Adi sudah menguntitnya selama 10 tahun. Adi bahkan pernah berdiam diri semalaman dirumah N dan bahkan melemparkan surat kepada N. Adi juga meneror N dengan membuat ratusan akun instagram dan X bahkan sampai mengirim foto yang tidak senonoh kepada N. Perbuatan yang dilakukan Adi seringkali diinormalisasikan, perilaku tersebut dianggap sebagai sebuah dedikasi padahal sudah jelas berbeda apa yang dilakukan Adi kepada N. Seringkali N menolak dan sudah banyak hal yang dilakukan N untuk menghentikan teror tersebut, bahkan N mengalami stress dan frustasi berat atas apa yang dilakukan Adi kepadanya.
Hilangkan Maskulinitas Toksik, Belajar Penolakkan
Ditelaah lebih dalam, tindakan yang dilakukan Adi sebagian besar dianggap normal. Seringkali masyarakat menganggap bahwa laki-laki mengejar perempuan dengan cara apapun dianggap laki-laki jantan. Hal ini didasari karena maskulinitas toksik dimana jika laki-laki mendapatkan penolakan akan menyakiti harga dirinya dan semakin ia bisa mendapatkan perempuan yang ia mau ia akan dianggap laki-laki jantan dimana ia mau mempertaruhkan perasaannya apapun caranya.
Kekerasan Berbasis Gender
Kekerasan berbasis gender merupakan bentuk kekerasan yang timbul karena ketidaksetaraan kekuasaan yang berasal dari norma-norma gender yang kaku dan diskriminasi. Kasus N menunjukkan bagaimana Adi menggunakan kekuasaannya untuk mengintimidasi N melalui pesan ancaman dan penguntitan di media sosial, menggambarkan bagaimana pelaku kekerasan berbasis gender memanfaatkan teknologi untuk mengendalikan dan menakut-nakuti korban.
Laki-laki harus belajar menerima penolakkan. Ditolak tidak membuat diri menjadi kurang jantan ataupun kurang menjadi laki-laki.seringkali, penolakkan yang dilakukan perempuan kepada laki-laki tidak diterima karena dianggap melecehkan harga diri laki-laki. Dengan kasus stalking Adi ke N ini justru menyadarkan bahwa laki-laki harus memahami penolakkan dan ketidaknyamanan.
0 comments